Rabu, 26 Juni 2013



14 November 2012

Pagi hari, jam 05.45 dengan sedikit terlambat kami check-out dari homestay menuju Perama Tour Counter. Sampai di sana jam 06.05, dan kami mendapati kabar buruh bahwasannya kami sudah ditunggal shuttle bus yang seharusnya kami tumpangi ke Senggigi (di Bali, ternyata keterlambatan 5 menit tidak ditoleransi. Coba kalo di Sumatera, telat setengah jam pun ditunggu apalagi yang ditunggu 6 orang. Untung kami belum bayar).

Selagi kami bingung untuk cari alternative lain, lewat sebuah mobil APV nanyain tujuan kami. Sopir ngasih harga Rp.400.000 untuk sampai ke Padang Bai. Setelah tawar menawar, kami bayar Rp.300.000 untuk 6 orang sampai di Padang Bai (tanpa AC.. haha). Sampe Padang Bai jam 07.45, kami mutusin untuk menuju Bangsal secara ngeteng (bersambung angkutan) dan masuk ke dalam Pelabuhan untuk beli tiket. Hati-hati kalo dengan calo yang banyak berkeliaran di Padang Bai. Kami saja, ketika bertanya mana pintu masuk loket, ada seorang calo yang menunjukkan arah yang sesat ke padahal setelah kami tanya ke dua orang Ibu penjual makanan di area pelabuhan mereka menunjuk ke arah yang semestinya yang berlawanan dengan arah yang ditunjuk si calo itu. Di loket kami beli tiket penyeberangan Padang Bai – Lembar seharga Rp.36.000. Menunggu kapal yang akan membawa kami ke Lembar siap, kami mencari sarapan di sekitar pelabuhan. Kami sarapan dengan Nasi Jinggo (lagi) dengan harga Rp.5000-Rp.6000 yang banyak dijual disekitar pelabuhan.

Jam 09.00 kapal ferry yang kami tumpangi memulai pelayaran menuju Lembar. Kapal yang melayani rute ini lebih kecil (sekira cuma setengahnya) dari kapal yang ada di rute Merak – Bakauheni. Di kapal ini disediakan kabin sewa bagi penumpang yang ingin kenyamanan lebih dengan harga (kata @nur) Rp.50.000/room. Awal pelayaran, kapal masih berlayar tenang. Selepas 1 jam pelayaran, goyangan kapal mulai kuat dan bikin mual (yang rentan mabuk laut mendingan tidur). Sesudah berfoto ria keliling kapal, gw yang udah mulai ngerasa mual juga milih untuk tidur ketimbang mabok laut. Gw bangun sewaktu pelayaran sudah lewat jam ke-3 dan mulai terbiasa dengan goncangan yang cukup kuat. Jam 14.00 kami sampai di Pelabuhan Bangsal. Sebelum melanjutkan perjalanan kami makan siang dulu di kedai makan yang ada di pinggir pelabuhan. Harga makanan di sini lumayan mahal. Makan dengan menu nasi+telur ceplok kering+abon+tahu kena harga Rp.15.000.


Pelabuhan Padang Bai > Selat Lombok > Pelabuhan Lembar

Sesudah makan, kami jalan menuju keluar pelabuhan. Sopir + calo mulai berdatangan nawarin angkutan. Salah satunya nawarin harga Rp.300.000 untuk 6 orang sampe Bangsal. Kami tawar Rp.150.000, dia nolak. Sewaktu kami ninggalin jalan ke luar pelabuhan, dia ngejer kami dan mau nganter dengan tarif Rp.150.000 untuk 6 orang dengan mobil carry van. Sepanjang perjalanan tidak ada obrolan dengan sang sopir, mungkin doi kesel gara2 tarif yang kami tawar tapi kan dia juga mau. Ke bangsal, kami melewati jalur Pusuk. Disini banyak monyet-monyet berkeliaran di pinggir jalan. Sekitar Jam 16.00 kami sampe di Bangsal.

Dari Bangsal kami harus naik public boat untuk menuju Gili Trawangan. Tarif public boat ini Rp.10.000/orang dan bisa di beli di loket Koperasi yang ada di area Pelabuhan Bangsal. Opersioanl penyeberangan Bangsal- Gili Trawangan PP dilayani jam 08.00 sampe 16.30. Setelah beli tiket, kami naik ke kapal yang segera penuh terisi penumpang. Di atas kapal, kami bertemu dengan duo traveler dari Jakarta @ntan dan @arin. Selama di Gili Trawangan kami bergabung jadi jumlah kami 8 orang. Jam 16.45, kami sampe di Gili Trawangan. Sesudah berfoto-foto ria di depan papan penanda Gili Trawangan, kami nyari penginapan.

Pelabuhan Bangsal > Gili Trawangan

Sewaktu turun dari public boat, banyak yang menawari penginapan murah di Gili Trawangan. Kami mengambil salah satu tawaran penginapan dari seorang bapak. Penginapan yang ditawarin bapak itu yaitu Desi Bungalow yang berada dalam pemukiman, jaraknya sekitar 150m dari pantai. Untuk menuju Desi Bungalow, kita tinggal ikutin jalan lurus ke dalam perkampungan dari private jetty pier (dermaga untuk kapal cepat yang disewa secara pribadi). Setelah melewati sekolahan, jalan akan mentok dan bercabang dua, tepat disanalah Desi Bungalow. Tarif yang ditawarkan adalah Rp.125.000/kamar. Tapi kami tawar Rp.250.000 untuk 3 kamar buat 8 orang, dan pemiliknya setuju, jadi kami cuma bayar sekira 32.000/orang. Sesudah naro barang n ganti baju kami balik ke pantai untuk mandi-mandi.

Desi Bungalow

Jam 19.00 selepas mandi, kami mutusin makan dulu di Art Market yang ada di seberang private jetty pier. Art Market ini kalo malem berubah jadi ‘food court’ yang ngejual berbagai makanan dengan harga yang ‘ramah’ buat backpacker. Nasi ayam goreng yang kami pesan Cuma dihargai Rp.17.000.- dan nasi ikan goreng cuma Rp.15.000. Sate Lombok pun cuma Rp.20.000/porsi.

Malam harinya, sesudah mandi kami jalan kaki lagi muter2 ngeliat situasi malam di Trawangan yang rame ama wisman. Susudah cape muter2, kami duduk di pinggir pantai buat sesi perkenalan (udah ini-itu bareng baru perkenalan.. haha). Jam 23.00 kami balik ke penginapan.

Gili Trawangan


15 November 2012

Pagi jam 07.30, sebelum ninggalin Gili Trawangan kami nyari sarapan ke arah pantai. Kami sarapan di Warung Makan Bu’ De yang berada di ruas jalan yang sama dengan penginapan, sekitar 100m dari penginapan. Menu yang disediain cukup beragam n lumayan murah. Menu sarapan gw nasi + telur dadar + mie + cah jagung + air mineral dicharge Rp.11.000.-. Sesudah sarapan, kami balik ke penginapan buat ngambil backpack.

Dari penginapan kami ke tempat pemberangkatan public boat. Di loket koperasi kami beli tiket untuk nyeberang ke Bangsal dengan harga Rp.10.000/orang. Public Boat pertama yang berangkat dari Gili Trawangan ke Bangsal adalah jam 08.00. Jam 08.30 kami ninggalin Gili Trawangan ke Bangsal. Kami hanya berenam, karena @intan dan @arin punya rencana snorkeling di Gili hari itu jadi mereka masih menginap 1 malam lagi di Gili Trawangan. Di Gili Trawangan banyak yang nawarin jasa snorkeling dengan tarif Rp.100.000/orang, mulai jam 10.00 sampai jam 15.00, di 3 gili.

Sebelum sarapan, @masakuhamil sudah telepon ke rental mobil untuk sewa mobil selama di Lombok. Via telepon kami sewa untuk satu hari dengan tarif sewa Rp.350.000 termasuk jasa driver+BBM. Kami minta supaya di jemput di Bangsal. Sesampai di dermaga public boat di bangsal, Bang Zacky driver dari rental mobil yang kami sewa ternyata udah nunggu dengan mobil apanjah-nya. Pertama kali kami minta dicariin penginapan utk backpacker di daerah Senggigi.

Dalam perjalanan ke Senggigi, kami ngelewatin Bukit Malimbu. Di sini kami singgah sebentar buat ngambil foto n ngeliat laut dari ketinggian. Dari sini keliatan 3 gili berderet di kejauhan. Dari Malimbu, Mas Zacky ngebawa kami ke Pondok Shinta yang berlokasi di daerah Senggigi. Lokasi kamar kami menghadap ke pantai, yang namun sayangnya tertutup tembok untuk melihat lepas ke arah pantai. Waktu itu Pondok Shinta lagi renovasi dan kami disediain kamar yang ngadap pantai. Harga sewa kamar mereka patok Rp.150.000/kamar dengan sarapan utk 2 orang. Harga itu kami tawar Rp.110.000/kamar tanpa sarapan dan deal.

Bukit Malimbu

Pondok Shinta - Senggigi

Selepas naro barang di kamar, Jam 10.30 kami lanjut untuk ngeksplore wilayah selatan Lombok. Persinggahan pertama kami adalah sentra kerajinan gerabah di Banyumulek. Di sini ada salah satu gerabah khas Lombok yaitu Kendi Maling. Keunikan kendi ini, tidak punya lubang di bagian atasnya. Untuk memasukkan air, adalah lewat lubang yang ada di bawah kendi. Kendi ini yang bermotif mereka tawarkan dengan harga Rp.325.000/set yang terdiri dari kendi, 4 buah gelas dan tatakan. @nur berhasil beli kendi ini setelah berhasil nawar Rp.200.000.

Sentra Kerajinan Gerabah - Banyumulek

Dari Banyumulek, jam 11.30 kami ke sentra kerajinan kain di Sukarare. Di sini ditawarin beragam kain khas Lombok dengan harga antara Rp.100.000 – Rp.2.500.000/potong. Disini beli kain batik khas yang mereka pasang harga Rp.150.000/m, tapi berhasil di tawar dengan harga Rp.75.000/m. Sebentar di Sukarare, rencananya mau ngeliat Kampung Sade. Tapi sewaktu sampe di sana, kayaknya lagi ada acara pemerintah karena banyak kendaraan berplat dinas n patugas2 berjaga di pintu masuk, jadi kami mutusin gak singgah di sana, kalo kata @masakuhamil males mo basa-basi ama pejabatnya :D

Sentra Kerajinan Kain - Sukarare

Dari situ, langsung terus ke Pantai Kuta Lombok dan sampe di sana jam 13.00. Disana gak terlalu rame. Cuma ada beberapa bule lagi bejemur n beberapa turis lokal yang lagi jalan-jalan di pantai. Fasilitasnya pun amsih minim, tapi pemandangan yang ada disana memang luar biasa. Sebelum turun mobil, Bang Zacky ngasih tau kalo disitu akan banyak anak-anak kecil yang jajain dagangan macem baju, kain ato aksesoris. Kalo emang niat beli, gak papa kalo mo liat-liat n nawar. Tapi kalo gak, bilang tegas aja ‘gak’ coz kalo gak bakalan diikutin terus ama mereka. Disitu kami simpet liat ada seorang bule diserbu ama anak-anak pedagang yang minta dagangan mereka dibeli. Pasir di Pantai Kuta Lombok ini emang unik karena bentuknya kyk merica. Bentuknya yang begitu bikin susah buat bejalan disana n pasirnya njeblos kalo diinjek.

Pantai Kuta Lombok

Kami sempet makan siang di salah satu tempat makan yang ada di Pantai Kuta yaitu di Friendly Caffe. Harga yang ditawarin lumayan murah untuk apa yang mereka sajikan. Nasi Campur yaitu nasi putih + ayam goreng + telur mata sapi + udang + cah buncis cuma dipatok Rp.20.000.-. Cukup layaklah café ini direkomendasiin buat backpacker kalo ke Pantai Kuta Lombok.

Pilih yang paling murah tapi enak

Selepas dari situ, jam 14.15 atas saran seorang kawan kami mo ngeliat Pantai Bumbang. Setelah nyasar, kami nyampe di (tempat yang segaknya kami yakini) Pantai Bumbang. Lokasinya mengikuti arah penunjuk jalan Taman Wisata Gunung Tunak. Tapi sampe disana ternayta spot-nya kurang begitu menarik karena banyak keramba apung yang merusak pemandangan.

Pantai Bumbang

Dari Bumbang, kami ke Tanjung Aan dan sampe jam 15.15. Di Tanjung Aan banyak hal yang menarik. Pasir pantainya putih n alus, hampatan batu karang yang luas, juga ada bukit kecil di naikin yang dari sana bisa ngeliat lepas ke semua penjuru. Tapi lagi-lagi sayang, objek sebagus ini minim fasilitas. Sempet buang air kecil di toilet yang agak jauh dari pantai dekat pintu keluar. Disitu tolietnya cukup memprihatinkan. Air diisi secara manual dengan timba oleh seorang ibu yang rasanya gak tega cuma bayar Rp.1000.- kalo make toilet, meskipun gak dipatok tarif oleh sang ibu itu.

Tanjung Aan

Jam 17.00 kami balik ke penginapan di daerah Senggigi dengan waktu tempuh 1 jam lebih. Dalam perjalanan kami minta Bang Zacky supaya malamnya kami diantar ke Mataram untuk beli oleh2 n nyobain kuliner khas Lombok. Untuk antaran itu, kami kena charge Rp.100.000.- Tarif itu menurut kami lebih murah kalo dibanding dengan taksi menginat kami 6 orang yang akan butuh 2 taksi.

Jam 19.15 kami menuju Mataram. Tempat pertama yang kami datengin ialah Toko Oleh-oleh Lestari di Jl. Adi Sucipto, Tinggar, Ampenan - Mataram. Disitu dijual bermacam camilan khas Lombok macam dodol dari mangga, sirsak, rumput laut atau aneka manisan, keripik, brem Lombok sampe telor asin. Harga yang ditawarin berkisar antara Rp.15.000-Rp.30.000 tergantung macam n jenisnya. Dapet oleh-oleh, lanjut ke Rumah Makan Dua Em di Jalan Transmigrasi Mataram yang nyuguhin kuliner khas Lombok, Ayam Taliwang yaitu ayam kampung muda 1 ekor dengan lumuran sambal yang rasanya pedezzz. Ayam Julat untuk yang ekstra pedas, ayam plecing untuk yang cukup pedas. Selaen itu ada juga kuliner khas lainnya yaitu plecing kangkung, telor bakar dll. Satu porsi Ayam plecing + nasi putih harganya Rp.33.000.- Lepas dari sana kami balik ke penginapan di Senggigi.


16 November 2012

Ni hari rencananya mo ke Air Terjun Sendang Gile n Air Terjun Tiu Kelep di Senaru. Sesudah dari situ ke Bandara Internasional Lombok (BIL) di Praya karena gw, @nur, n @ken sore jam 18.20 terbang ke Surabaya, sementara @masakuhamil, @mel, n @virustravelling satu malam lagi di Lombok untuk besoknya nerusin traveling di Bali.

Sebelum ke air terjun, kami sempetin beli sarapan buat di makan di mobil dalam perjalanan ke Senaru. Kami beli sarapan di warung ala warteg yang ada di seberang Happy Café Senggigi. Harga makanan yang di jual cukup murah. Gw pesen Nasi + telur dadar + sambel tempe + sayur + telur asin kena charge Rp. 11.000.

Kami berangkat dari senggigi sekitar jam 08.00. Perjalanan dari Senggigi ke Senaru memakan waktu sekitar 2,5 jam. Jalan yang dilalui menuju ke Senaru cukup mulus, tapi cuma punya 1 lajur untuk masing-masing arah yang berlawanan, jadinya gak bisa terlalu cepet. Kalo di kendaraan di depan berhenti ato lambat maka kita yang dibelakang akan terhambat.

Sampe di daerah Pamenang, ada konvoi motor besar yang diadain ama salah satu merek motor dengan pengawalan. Terpaksalah mobil yang kami naikin berjalan pelan. Walopun begitu masih ada diantara anggota konvoi itu yang maki-maki ke arah mobil nyuruh kami minggir berhenti karena saat itu kami masih berjalan, padahal saat konvoi itu lewat kecepatan mobil kami sudah sangat lambat. Sepertinya mereka lupa kalo jalan mulus di Pamenang itu dibangun dengan PAJAK rakyat bukan oleh nenek moyang atopun kelompok mereka, yang harusnya mereka sadar kalo jalan itu bukan milik mereka atau kami tapi milik KITA. Memasuki kawasan Senaru, akan ada petugas di pos retribusi milik Pemkab Lombok Utara yang akan menarik retribusi sebesar Rp.2000.

Dari pos retribusi, kami meneruskan perjalanan sampai ke Balai Pertemuan Sendang Gile Desa Senaru. Jam menunjukkan pukul 10.30. Di depan gerbang ini, ada semacam pos informasi wisata. Di sini kita akan dikenai biaya masuk ke Air Terjun yang ditarik oleh Pemerintah Desa Senaru sebesar Rp.5000.-/orang. Di sini juga ada guide yang bisa kita mintai bantuan untuk mengantar kita ke lokasi air terjun. Waktu itu, kita minta bantuan ama Mas Deni, untuk mengantar sampai di lokasi air terjun Sendang Gile maupun Tiu Kelep. Biaya jasa yang diminta sebesar Rp.80.000 tapi kami tawar Rp.60.000 disanggupi oleh Mas Deni.

Pos dan jalan menuju air terjun

Kami menuju air terjun lewat jalan di samping pos menyusuri jalan setapak bukan melalui jalur tangga yang umumnya dilewati pengunjung. Menuju air terjun, di sisi kiri terhampar pemandangan lembah dan pegunungan Gunung Rinjani, sedangkan di sisi kanan aliran air jernih yang berasal dari Gunung Rinjani. Setelah berjalan sekitar 20 menit, jalan setapak kami bertemu dengan jalur tangga yang lazim digunakan wisatawan untuk mencapai Sendang Gile. Kami harus turun kebawah melalui sekitar 20 anak tangga untuk mencapai Sendang Gile.

Sendang Gile merupakan air terjun bertingkat 2 yang terdiri dari 2 terjunan air yang paralel dengan ketinggian lebih dari 30 meter dengan debit air yang deras. Air terjun ini kurang pas untuk mandi berendam karena kolam di bawah air terjun sangat kecil. Di lokasi air terjun ini terdapat lapak yang menjual makanan ringan maupun air mineral. Tidak sampai 10 menit di Sendang Gile untuk hanya sekedar berfoto, kami melanjutkan tracking ke air terjun selanjutnya.

Sendang Gile

Kami menaiki lagi tangga yang tadi kami lalui untuk turun. Sekitar 20 anak tangga, akan bertemu dengan jalan setapak yang tadi kami lalui. Ambil arah jalan setapak ke kiri. Menelusuri jalan setapak itu, kami melewati jembatan yang bolong tengahnya karena memang merupakan jembatan inspeksi irigasi. Melewati aliran sungai sampai bertemu dengan jalan yang melalui calah batu sempit yang selepas celah batu ini sudah terliat air terjun. Setelah berjalan sekitar 25 menit dari air terjun pertama kami tiba juga di Air Terjun Tiu Kelep.

Air Terjun Tiu Kelep adalah air terjun yang terdiri dari 1 terjunan air utama dan banyak terjunan air yang lebih kecil di bawahnya, dengan ketinggian terjunan air utama lebih dari 20 meter. Debit air pada terjunan utama lebih deras diabanding terjunan air di Sendang Gile. Yang menyenangkan di bawah air terjun ini terdapat kolam air yang dapat digunakan untuk berendam dan mandi.

Dengan tidak menghiraukan suhu air yang dingin (bayangin aja air kulkas) kami semua njebur mandi dan berendam. Tapi kami diperingatkan oleh guide untuk jangan terlalu mendekat ke terjunan air karena bahaya derasnya tekanan terjunan air. Sekitar 20 menit mandi kayak orang gak pernah ketemu air (karena senengnya ampe jejeritan), guide ngasih tau kalo waktu udah abis. Waktu dibatesin karena sebelum tracking kami ngasih tau kalo gw, @nur, n @ken musti ke bandara utk penerbangan jam 18.20 jadi kami minta tolong supaya waktu kami di manage. Meski merasa kurang lama berada di Tiu Kelep kami kembali tracking ke pos. Perjalanan mengikuti jalan setapak yang kami lalui saat berangkat dan memakan waktus ekitar 45 menit.

Tiu Kelep

Sesampainya di pos kami ganti baju dan makan siang di warung makan yang ada di sebelah pos (lupa namanya). Sialnya lauk daging ayam dari menu yang dipesan waktu itu sepertinya sudah expired jadi rasanya gak karuan dan bikin ragu untuk dimakan. Selepas makan kami meluncur ke penginapan di senggigi untuk ambil backpack. Sampai di Senggigi lewat dari jam 16.00.

Di penginapan gw, @nur n @ken pisah dengan @virustraveling, @masakuhamil, n @mel untuk terus meluncur ke bandara. Perjalanan bandara lumayan bikin cemas, karena waktu tempuh dari Senggigi ke Bandara Innternasional Lombok (BIL) di Praya sekitar 1 jam. Beruntung jalanan mulus n sepi jadi mobil bisa dipacu kencang oleh bang Zacky. Sekitar jam 17.30 kami sampai di BIL. Ongkos sewa mobil ke air terjun Rp.300.000.- n ke bandara Rp.100.000 dari Senggigi.

Bandara ini lumayan rame ama penjemput, bahkan mereka menggelar lesehan dan makan di bandara. Waktu tanya ke satpam di mana terminal citilink, kami dikasih tau supaya cepat alhasil kami terpaksa jogging ke terminal citilink. Sialnya udah lari-lari penerbangan diundur, sialll!!!. Airport tax domestic di bandara ini Rp.20.000.-

Jam 19.30 pesawat take off dari BIL dan landing di Bandara Juanda Surabaya sekitar jam 19.20 (pelajaran geografi-nya diinget yaa :p ). Menurut gw Bandara Juanda ini lumayan nyaman buat backpacker coz kursi tunggu penumpang ada di dalem jd lumayan kalo dipake buat overnight. Dari Juanda kami menumpang Damri Bandara menuju terminal Bungurasih dengan tarif Rp.15.000.

Kesialan kedua adalah begitu sampe Bungurasih, saya turun dari Bus Damri tapi lupa bawa oleh-oleh yang dibeli dari Lombok. Mau gak mau kami harus pake taksi untuk ngejer tu Damri. Kami dikasih tarif Rp.80.000.- untuk ngejer Damri untuk kemudian nganterin kami ke Gubeng, karena malem itu kami rencananya nginep di Sparkling Hostel. Sampe di SPBU di daerah Rungkut kami berhasil ngejer tu Damri dan Alhamdulillah sopirnya jujur. Bungkusan oleh-oleh kembali ke tangan empunya (big thanks to Pak Sopir).

Dalam perjalanan ke daerah Gubeng, saya telpon ke Sparkling ternyata penuh. Kami minta ke sopir supaya dicarikan hotel murah di daerah Pasar Turi aja dengan biaya tambahan taksi Rp.30.000.- coz besok kami harus naek KA ke Jakarta via Stasiun Pasar Turi. Jam 21.20 kami dapet hotel yang lumayan murah yaitu Hotel Hasma Jaya di Jalan Pasar Kembang dengan tarif Rp.90.000 (fan) n Rp.100.000 (ac standard). Kami pesan 2 kamar, 1 kamar untuk @nur dan satu kamar lagi buat gw n @ken. Meskipun harganya jauh lebih mahal daripada kamar yang kamis sewa di bali ataupun Lombok ternyata kenyamanannya dibawah itu. Malam itu gw langsung tidur tanpa makan lagi coz bener-bener capek.

3 komentar:

  1. wahh postingannya walopun panjang tp penuh informasi yg manfaat bgt... rencananya awal okt kita mau ke bali - lombok.. boleh minta CP-nya bang zacky gak ya? hahaha.. jadi minat, soalnya abis dari gili2 mau keliling lombok juga.. makasii :)

    BalasHapus
  2. maaf, sist ni blog jarang dibuka :D
    telat ya, krna pasti sudah liburan
    met liburan aja

    BalasHapus
  3. boleh donk minta nomer kontak rental mobilnya...bang rezky tuh...thx b4

    BalasHapus